Apa itu Endometriosis?

Endometriosis adalah suatu kondisi medis di mana jaringan endometrium (lapisan dalam rahim) tumbuh di luar rongga rahim, seperti di ovarium, tuba falopi, atau organ lainnya.

Penyebab Endometriosis

Penyebab pasti endometriosis masih belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa teori yang diduga berperan antara lain:

  1. Menstruasi retrograde: haid yang tidak keluar melalui vagina, melainkan mengalir ke dalam rongga perut
  2. Transformasi sel peritoneal
  3. Penyebaran sel endometrium melalui sistem limfatik atau darah
  4. Genetika: individu dengan kerabat tingkat pertama yang menderita endometriosis memiliki risiko sekitar enam kali lipat lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini.

Gejala Endometriosis

Seiring dengan siklus menstruasi, jaringan endometrium menebal, meluruh, dan berdarah setiap bulannya. Namun karena letaknya tidak berada di dalam rahim, darah tersebut tidak bisa keluar dengan normal. Kondisi ini dapat menimbulkan gejala seperti:

  1. Nyeri menstruasi
  2. Gangguan kesuburan / sulit hamil
  3. Nyeri panggul kronis
  4. Menstruasi yang berat atau tidak teratur
  1. Nyeri saat berhubungan seksual.
  2. Nyeri saat BAB / gangguan pencernaan atau BAK / gangguan berkemih, terutama selama haid

Secara global, endometriosis mempengaruhi sekitar 10% atau 190 juta perempuan usia reproduktif. Data di PKIAN Harapan Kita, sejak tahun 2020 terdapat sebanyak lebih dari 300 pasien endometriosis dengan keluhan nyeri haid terjadi pada 96% pasien.

Angka-angka tersebut mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan prevalensi sebenarnya karena keterbatasan dalam diagnosis dan pelaporan. Penelitian yang dilakukan di PKIAN Harapan Kita, menunjukkan bahwa pasien dengan endometriosis sebelumnya telah mendatangi hingga 9 dokter sampai akhirnya dapat menegakkan diagnosis endometriosis.

Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran dan deteksi dini endometriosis, mengingat gejalanya sering tidak spesifik dan dapat menyebabkan keterlambatan diagnosis hingga 11,6 tahun sejak munculnya gejala, dan sekitar 2,7 tahun hingga akhirnya dirujuk ke Pusat Endometriosis PKIAN Harapan Kita.

Endometriosis memiliki beberapa bentuk (fenotip) yang berbeda, yaitu kista endometriosis (endometrioma) merupakan kantung berisi cairan berwarna cokelat yang terbentuk di ovarium akibat jaringan endometriosis yang mengalami perdarahan berulang. Selain itu, adenomiosis, yaitu jaringan endometriosis yang tumbuh di dalam otot rahim, menyebabkan rahim menjadi lebih besar dan menimbulkan nyeri serta perdarahan haid yang lebih banyak. Bentuk lainnya adalah nodul endometriosis susukan dalam atau deep infiltrating endometriosis (DIE), yaitu jaringan endometriosis yang tumbuh di luar rahim, sering kali menyerang organ lain seperti di vagina, usus, saluran kemih, dinding perut, hingga kulit, sehingga bisa menyebabkan nyeri hebat saat haid, terutama saat buang air besar, buang air kecil, atau berhubungan intim. Ketiga bentuk ini dapat muncul sendiri-sendiri atau bersamaan, dan sering kali menyebabkan gangguan kesuburan serta penurunan kualitas hidup bagi penderitanya.

(sumber: New England Journal of Medicine)

Data di PKIAN Harapan Kita menunjukkan bentuk endometriosis paling banyak adalah kista endometriosis (87,8%), adenomiosis (69%), dan DIE (43,7%).

Diagnosis Endometriosis

Modalitas pencitraan seperti USG transvaginal dapat digunakan untuk mengidentifikasi adenomyosis dan kista endometriosis (endometrioma), serta MRI dapat digunakan untuk mendeteksi nodul DIE. Namun, pencitraan belum dapat sepenuhnya memastikan diagnosis.

Laparoskopi adalah modalitas pemeriksaan yang paling akurat sekaligus metode penatalaksanaan yang direkomendasikan untuk kasus endometriosis. Prosedur ini memungkinkan dokter untuk melihat langsung lesi endometriosis di dalam rongga perut dan panggul serta melakukan biopsi untuk konfirmasi diagnosis. Selain itu, laparoskopi juga memungkinkan pengangkatan atau ablasi jaringan endometriosis dalam prosedur yang sama, sehingga menjadi pilihan utama dalam penanganan kasus dengan gejala berat atau infertilitas.

Penanganan Endometriosis

Penanganan endometriosis bertujuan untuk meredakan gejala, mengurangi rasa sakit, dan meningkatkan kualitas hidup. Beberapa pilihan penanganan yang dapat dilakukan meliputi:

  1. Obat-obatan
  2. Penghilang nyeri: Obat antiinflamasi non-steroid (NSAID), seperti ibuprofen, sering digunakan untuk meredakan nyeri panggul dan menstruasi.
  3. Terapi hormon: Penggunaan kontrasepsi hormonal, pil KB, atau alat kontrasepsi hormonal dalam rahim (IUD-LNG) untuk mengatur siklus menstruasi dan mengurangi pertumbuhan jaringan endometrium.
  4. Agonis GnRH (Gonadotropin-releasing hormone): Obat ini menurunkan kadar estrogen dalam tubuh dan menyebabkan kondisi sementara seperti menopause untuk mengurangi pertumbuhan endometrium.
  5. Pembedahan

Tujuan tindakan pembedahan pada kasus endometriosis meliputi:

  1. Mengurangi Nyeri– Mengangkat jaringan endometriosis yang menyebabkan nyeri panggul kronis, terutama pada kasus yang tidak responsif terhadap terapi obat.
  2. Memperbaiki Kesuburan– Menghilangkan jaringan endometriosis, terutama pada ovarium dan tuba falopi, untuk meningkatkan peluang kehamilan pada pasien yang mengalami gangguan kesuburan.
  3. Mengembalikan Anatomi Normal Panggul– Melepaskan perlengketan (adhesi) yang terbentuk akibat endometriosis, sehingga organ reproduksi, kemih, dan pencernaan dapat berfungsi lebih baik.
  4. Menegakkan Diagnosis Pasti– Laparoskopi memungkinkan visualisasi langsung dan biopsi jaringan endometriosis untuk memastikan diagnosis.
  5. Mengurangi Risiko Kekambuhan– Meskipun endometriosis dapat kambuh, namun pembedahan yang dilakukan dengan teknik yang tepat dapat membantu mengurangi risiko kekambuhan.
  6. Menghilangkan Lesi yang Mengancam Kesehatan– Pada kasus endometriosis berat yang melibatkan usus, kandung kemih, atau ureter, pembedahan dapat mencegah komplikasi serius seperti obstruksi usus atau hidronefrosis hingga mencegah kerusakan ginjal.
  7. Pilihan Definitif pada Kasus Berat– Jika terapi lain gagal dan gejala sangat mengganggu kualitas hidup pasien yang tidak berencana hamil, tindakan pengangkatan rahim (histerektomi) dengan atau tanpa pengangkatan ovarium dapat menjadi pilihan.
  8. Perubahan Gaya Hidup
  9. Pola makan sehat: Mengurangi peradangan dengan makan makanan yang kaya akan antioksidan, serat, dan asam lemak omega-3.
  10. Olahraga: Aktivitas fisik teratur dapat membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kesejahteraan mental.
  11. Akupunktur: Beberapa wanita merasa terapi akupunktur membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidup.

Anggota Tim Endometriosis PKIAN Harapan Kita:

dr. Mohammad Haekal SpOG, Subsp.FER, MIGS, FICS

dr. Aidrus Mutalib SpOG, Subsp.FER

dr. Gita Maria Tanurahardja, SpRad

dr. Hilman Handiansyah SpU, FICS

dr. Mohammad Maksum Zainuri, SpB, M.KedKlin