preloader
BAGAIMANA MENGELOLA DAN MENGATASI KECEMASAN YANG DIRASAKAN?

HOW TO MANAGE AND OVERCOME ANXIETY?

Kecemasan adalah bagian dari pengalaman hidup manusia yang wajar, namun bila berlangsung lama dan mengganggu aktivitas, maka perlu diwaspadai. Artikel ini membahas secara menyeluruh mengenai apa itu kecemasan, penyebabnya, gejala yang muncul, serta cara efektif untuk mengelolanya.

Apa Itu Kecemasan?

Kecemasan adalah reaksi emosional dan psikologis terhadap ancaman atau tekanan, baik nyata maupun yang hanya dipersepsikan. Menurut para ahli:

  • Nevid, Rathus & Greene (2005) menyebutkan kecemasan sebagai ketegangan tidak menyenangkan yang disertai kekhawatiran bahwa sesuatu buruk akan terjadi.
  • Sutardjo Wiramihardja (2005) mengartikan kecemasan sebagai rasa takut atau kehilangan kepercayaan diri tanpa sebab yang jelas.
  • Kholil Lur Rochman (2010) menambahkan bahwa kecemasan dapat menyebabkan ketegangan mental yang disertai gejala fisik dan psikologis.

Kesimpulannya: Kecemasan adalah rasa khawatir berlebihan terhadap suatu situasi yang dianggap mengancam, berlangsung terus-menerus, dan menimbulkan dampak secara fisik maupun psikis.

Penyebab Umum Gangguan Kecemasan

Beberapa faktor yang dapat memicu atau memperparah kecemasan, antara lain:

  1. Peristiwa Hidup yang Menekan
    Seperti kehilangan orang tersayang, perceraian, kecelakaan, atau masalah finansial.
  2. Personality Type
    Individu yang cenderung perfeksionis, mudah khawatir, atau terlalu mengkritik diri sendiri lebih berisiko.
  3. Trauma Masa Lalu
    Misalnya akibat kekerasan fisik, pelecehan, atau pengalaman buruk lainnya.
  4. Kondisi Medis
    Penyakit kronis seperti kanker, diabetes, atau gagal ginjal dapat menimbulkan kecemasan berat.
  5. Faktor Genetik
    Riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan bisa meningkatkan kemungkinan mengalami hal serupa.

Gejala-Gejala Kecemasan yang Perlu Diwaspadai

Gejala Psikologis:

  • Sulit berkonsentrasi
  • Mudah tersinggung atau marah
  • Perasaan tidak berdaya atau panik
  • Pikiran negatif berulang
  • Menghindari situasi sosial atau tertentu

Gejala Fisik:

  • Sakit kepala atau pusing
  • Sulit tidur (insomnia)
  • Napas pendek atau sesak
  • Gemetar (tremor)
  • Masalah pencernaan atau sakit perut berkepanjangan

Kapan Kecemasan Dikatakan Tidak Normal?

Cemas dianggap berlebihan atau tidak normal jika:

  • Terjadi secara terus menerus dalam waktu lama
  • Mengganggu aktivitas harian seperti pekerjaan, sekolah, atau hubungan sosial
  • Menurunkan kualitas hidup secara signifikan

Cara Mengelola dan Mengatasi Kecemasan

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengelola kecemasan:

1. Kembangkan Growth Mindset

Alih-alih berkata “aku tidak bisa berubah”, tanamkan pikiran bahwa kamu mampu berkembang dan mengatasi tantangan, termasuk kecemasan.

2. Latih Teknik Pernapasan yang Menenangkan

Saat merasa cemas, coba lakukan pernapasan perlahan dan dalam (misalnya, tarik napas selama 5 detik, tahan, lalu hembuskan perlahan). Ini membantu meredakan reaksi stres di tubuh.

3. Lakukan Self-Talk Positif

Ubah dialog negatif dalam pikiran seperti “aku pasti gagal” menjadi “aku cemas, tapi aku bisa menghadapinya”.

4. Hadapi Situasi yang Dikhawatirkan

Hindari menghindari situasi mencemaskan. Semakin sering dihindari, kecemasan akan semakin kuat. Hadapi secara bertahap untuk membuktikan bahwa kecemasan tidak selalu terbukti benar.

5. Konsultasikan dengan Profesional

Jika kecemasan sudah mengganggu aktivitas harian, segera temui psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Kesimpulan

Kecemasan adalah respons alami terhadap tekanan, namun bisa menjadi gangguan jika tidak dikelola dengan baik. Dengan menerapkan teknik pengelolaan yang tepat dan mencari bantuan profesional jika perlu, kamu bisa menjalani hidup lebih tenang dan produktif.

Source : Ade Dian Komala, M.Psi, Psikolog, RSAB Harapan Kita

The realization of safe and quality maternal and child health services with superior services of the Birth Defect Integrated Center (BIDIC), Integrated Perinatal and Referral, and Assisted Reproductive Technology through teamwork, networking, and referral systems as well as the implementation of education, training, and research integrated with service activities.