preloader
KEKHAWATIRAN TENTANG CACAR MONYET

KEKHAWATIRAN TENTANG CACAR MONYET

Cacar monyet atau monkeypox menjadi perhatian global setelah kasus pertamanya muncul di luar Afrika pada pertengahan 2022. Meski bukan penyakit baru, monkeypox kini menyebar lebih luas dan menimbulkan kekhawatiran karena cara penularannya yang mirip dengan penyakit menular lain melalui kontak langsung dan droplet.

Apa Itu Cacar Monyet?

Cacar monyet adalah penyakit menular akibat infeksi virus monkeypox yang termasuk dalam kelompok Orthopoxvirus, mirip dengan virus penyebab cacar air. Awalnya, penyakit ini ditularkan dari hewan ke manusia—seperti monyet, tupai, atau tikus yang terinfeksi—melalui gigitan atau cakaran.

Namun, virus ini juga bisa menular antar manusia melalui:

  • Percikan air liur (droplet)
  • Kontak langsung dengan luka atau ruam kulit
  • Benda yang terkontaminasi seperti pakaian atau seprai
  • Kontak fisik berkepanjangan

Penyebaran Global dan Status Waspada

Kasus pertama ditemukan pada kera pada tahun 1958, dan infeksi pada manusia pertama kali tercatat tahun 1970 di Afrika. Saat ini, WHO dan CDC mencatat penyebaran di lebih dari 30 negara. Hingga 13 Juni 2022, tercatat 1.678 kasus konfirmasi di 35 negara. CDC bahkan menaikkan travel warning ke level 2 untuk penyakit ini, tepat di bawah Covid-19.

Meski belum ada laporan kasus di Indonesia, penting untuk tetap waspada dan melakukan pencegahan dini.

Gejala Cacar Monyet

Menurut dr. Nanny Shoraya, Sp.KK, penyakit ini memiliki dua fase gejala:

1. Fase Prodromal (5 hari pertama)

  • Demam tinggi
  • Sakit kepala
  • Nyeri punggung dan otot
  • Lemas
  • Pembesaran kelenjar getah bening (leher, ketiak, selangkangan)

2. Fase Erupsi (3 hari setelah demam)

  • Ruam kulit mulai dari wajah lalu menyebar ke tangan, kaki, alat kelamin
  • Ruam berkembang dari bintik merah → lepuh berisi cairan (lentik) → keropeng
  • Proses ini berlangsung sekitar 10–21 hari

Pasien dianggap tidak menularkan lagi jika sudah tidak ada lenting baru dan semua ruam mengering membentuk keropeng yang mengelupas dengan sendirinya.

Siapa yang Rentan?

Kelompok dengan risiko lebih tinggi terkena cacar monyet atau mengalami gejala berat meliputi:

  • Anak-anak di bawah 8 tahun
  • Wanita hamil
  • Lansia
  • Orang dengan sistem imun lemah (imunokompromais)
  • Pasien dengan penyakit kronis atau keganasan
  • Mereka yang sedang menjalani pengobatan menekan kekebalan tubuh

Pengobatan Cacar Monyet

Saat ini belum ada obat khusus untuk cacar monyet. Penanganan bersifat simptomatik atau suportif, seperti:

  • Istirahat total
  • Konsumsi cukup cairan dan nutrisi
  • Obat antivirus (pada kasus tertentu)
  • Rawat inap jika gejala berat

Karantina dan pembatasan kontak sosial sangat dianjurkan selama masih muncul gejala untuk mencegah penularan ke orang lain.

Pencegahan Cacar Monyet

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran:

🛑 Hindari kontak langsung dengan penderita atau hewan liar
🧼 Rutin mencuci tangan dengan sabun
😷 Gunakan masker di tempat ramai
🧴 Jaga kebersihan barang pribadi dan lingkungan
🚨 Laporkan ke layanan kesehatan jika muncul gejala mencurigakan

Kesimpulan

Meski belum ditemukan di Indonesia, cacar monyet adalah penyakit yang berpotensi menyebar dengan cepat. Menjaga kewaspadaan, mengenali gejalanya sejak dini, dan menerapkan protokol kesehatan adalah langkah penting untuk mencegah infeksi. Dengan informasi yang akurat dan kesiapan yang tepat, kita dapat bersama-sama memutus rantai penyebaran penyakit ini.

Source: dr. Nanny Shoraya, Sp.KK, FINSDV, FAADVRSAB Harapan Kita

The realization of safe and quality maternal and child health services with superior services of the Birth Defect Integrated Center (BIDIC), Integrated Perinatal and Referral, and Assisted Reproductive Technology through teamwork, networking, and referral systems as well as the implementation of education, training, and research integrated with service activities.