

Birth Defects Integrated Center
BIDIC (Birth Defects Integrated Center)/PDTKBL (Early Detection and Management Services for Congenital Defects) RSAB Harapan Kita is here to answer the call to serve these less fortunate children.
The congenital malformation service at RSAB Harapan Kita began with referrals of Pediatric Surgery cases handled at RSAB Harapan Kita. Pre- and post-operative management has been carried out by Pediatric Surgery specialists. dr. Eddy Mulyanto Halimun, SpB, SpBA and dr. Ariono Arianto, Sp.BA since the establishment of RSAB Harapan Kita in 1979.
History of the Birth Defects Integrated Center
The idea of comprehensive management for small babies as a result of the IVF program, which is a pioneer program in Indonesia to help mothers who really want children, was developed by Prof. Dr. dr. Sudraji Sumapraja, Sp.OG(K). He also realized the idea of how to form a strong perinatology and PICU team to support high-risk babies from the IVF program and post-operative patients in order to correct unexpected congenital abnormalities in babies.
In the 1990s, premature baby services and high-risk pediatric surgery were supported by a back-up perinatology team that then formed a neonatal intensive care unit with a 24-hour standby doctor. This NICU service has now developed into a Level IV Perinatology service supported by an integrated reconstructive surgery team and coordination with PJN Harapan Kita, especially for congenital heart defect correction surgery. For example, PDA ligation can be performed bedside in the NICU RSAB Harapan Kita.
Our Achievements at Birth Defects Integrated Center



















BIDIC's Featured Service Products
A comprehensive and integrated one-stop congenital malformation service center between departments:
Tim Professional Medis
Melati Clinic Service Facilities
Working Procedures in IVF
- Cairan folikel secara individu diaspirasi dari folikel ovarium berukuran besar dengan diameter >18 mm dari pasien yang telah mendapatkan stimulasi ovarium sebelumnya.
- Aspirasi cairan folikel dilakukan oleh dokter obgyn yang bertugas, cairan folikel berisi kompleks kumulus dan oosit (COC) yang diaspirasi dari folikel ovarium dengan menggunakan jarum puncture yang terhubung dengan selang.
- Cairan folikel yang berisi COC dikoleksi di dalam tabung ukuran 15 ml, sampel tersebut kemudian dituang ke dalam cawan petri steril dan diperiksa dibawah mikroskop stereozoom, pencarian COC dilakukan oleh embriologis, setiap ditemukan COC embriologis akan melakukan konfirmasi kepada operator (obsgyn) sehingga operator dapat menentukan apakah perlu flushing folikel atau tidak.
- Kompleks kumulus dan oosit yang telah ditemukan kemudian dibersihkan dari sel-sel eritrosit ataupun dari sel-sel debris di dalam cairan folikel.
- Semua COC yang ditemukan dalam cairan folikel dimasukkan ke dalam drop kultur yang telah diekuilibrasi dalam inkubator 37º C 6 % CO2 dan diinkubasi selama 3-4 jam.
Adalah sebuah metode yang dikembangkan untuk membantu pasangan infertilitas di pihak pria. Metode ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sel sperma tunggal ke dalam satu sel telur yang matang dengan menggunakan bantuan sebuah pipet khusus yang kemudian ditransplantasikan ke dalam rahim. Metode ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan pada kasus-kasus adanya ketidaknormalan dalam jumlah dan kualitas sperma. Adapun prosedur kerja ICSI di dalam laboratorium adalah:
- Melakukan setting/pemasangan jarum injeksi dan holding serta penyesuaian monitor dan mikroskop mikroinjektor yang digunakan untuk proses ICSI.
- 4-5 jam setelah OPU satu persatu oosit yang telah bersih dari kumulus dilakukan icsi dengan menggunakan drop icsi. ICSI dilakukan dengan memilih sperma yang paling baik kualitasnya, baik pergerakan ataupun bentuk kepala dari sperma tersebut.
- Satu sperma diinjeksikan ke dalam satu oosit.
- Oosit yang telah diinjeksikan sperma dipindahkan ke dalam medium kultur yang telah disiapkan di hari sebelumya.
- Cawan kultur yang berisi oosit yang telah diinjeksi disimpan dalam inkubator 37oC 6% CO2 selama 16-20 jam sebelum proses evaluasi fertilisasi dilakukan.
- Embrio dievaluasi dan dipilih yang terbaik untuk dikembalikkan ke dalam rahim pasien. Embrio yang terpilih dicuci dengan drop kultur kemudian dipindahkan ke cawan petri berisi media.
- Inkubasi selama 10 menit dalam inkubator 37o 6% CO2.
- Berikan 5 ml medium Rinse pada petugas klinik untuk membilas servik pasien
- Siapkan sebuah spuit non toxic 1 ml dan sebuah kateter yang sudah ditentukan
- Pakai sarung tangan pada tindakan transfer embrio
- Bilas spuit dengan medium kultur. Kemudian hisap sebanyak 0,5 ml medium kultur, dan sambungkan spuit dengan kateter.
- Tempatkan cawan petri yang berisi embrio di bawah mikroskop stereozoom dan buatlah embrio dapat terlihat fokus pada mikroskop
- Ambil gelembung udara dalam kateter sekitar 1 cm, hisap embryo dan medium sekitar 25 sampai 30 mikron kemudian ambil udara sekitar 1 cm.
- Embrio siap ditransfer pada rahim pasien dan panjangnya kateter yang dimasukkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh operator (Obgyn)
- Posisikan outer kateter dan mandrin pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh operator (obgyn)
- Setelah operator menarik mandrin posisikan inner kateter yang telah berisi medium dan embrio ke dalam outer kateter menggantikan posisi mandrin sampai posisi tanda hitam yang terdapat pada inner kateter tersebut.
- Operator akan memundurkan outer kateter sepanjang 2,5cm dan dikunci dengan inner kateter.
- Injeksikan medium yang berisi embrio perhatikan apakah terjadi resistensi atau tidak
- Tunggu 30-60 detik sampai kateter ditarik obgyn
- Tuangkan isi kateter ke dalam cawan yang sebelumnya telah disemprotkan ke dalam rahim kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk memeriksa apakah embrio sudah keluar dengan sempurna,.
Assisted hatching (AH) merupakan teknik laboratorium baru yang dikembangkan ketika para ahli IVF mengamati bahwa embrio dengan zona pelusida tipis memiliki tingkat implantasi lebih tinggi dari dari pada embrio dengan zona pelusida tebal. Pada Teknik AH embriologis dapat menggunakan mikroskop mikromanipulasi (manual) ataupun laser untuk membuat lubang kecil di zona pelusida. Teknik AH dilakukan pada kultur hari ketiga ataupun kelima dari perkembangan embrio. Adapun prosedur kerja Assisted Hatching di dalam laboratorium adalah sebagai berikut:
- Melakukan setting program laser pada mikroskop dan penyesuaian kecepatan tembakan serta lebar lobang di zona yang ingin hasilkan.
- Embrio yang ingin dilakukan AH terlebih dahulu dipilih, sebaiknya pilih space/ruang yang longgar pada embrio yang akan ditembak laser ataupun dapat dipilih ruang dalam embrio yang mengandung fragmentasi.
- Proses AH dilakukan tidak lebih dari 1 menit, agar tidak terjadi penurunan kualitas embrio akibat perubahan suhu lingkungan yang relatif lama.
- Embrio yang telah dilakukan AH kemudian dikembalikan ke dalam inkubator 37oC 6% CO2 dan disiapkan untuk dilakukan transfer embrio.