Ruang Tunggu Klinik Bayi Tabung

Definition of Melati IVF Clinic

Assisted Reproductive Technology or popularly known as IVF technology is an application of technology in the field of human reproduction. IVF in medical terms is called In Vitro Fertilization (IVF). In Vitro comes from Latin which means inside while Fertilization is English which means fertilization. So IVF is an effort to obtain pregnancy by bringing together sperm cells and egg cells so that fertilization occurs in a special container or petri dish (a kind of small glass bowl) which is done by medical personnel. Maybe because the fertilization process occurs in a glass dish (as if like a tube), finally the public knows it as the definition of IVF. IVF is a reproductive technology in the form of a technique for fertilizing egg cells (ovum) outside the woman's body.

History of Melati IVF Clinic

Initially, this program aimed to help couples who could not have children naturally because the wife's fallopian tubes were permanently damaged. However, later there was a development where this program was applied to those who had diseases or other abnormalities that made it impossible to have children.

England is the country that became the starting point of the history of IVF in the world. It was there that a number of doctors first initiated the implementation of the IVF program. The first IVF baby who was successfully born from the program was Louise Brown who was born in 1978.

In Indonesia, the history of the first test tube baby was carried out at RSAB Harapan Kita, Jakarta, in 1987. The test tube baby program finally gave birth to the first test tube baby in Indonesia, namely Nugroho Karyanto in 1988. Only after that did many test tube baby births begin to appear in Indonesia. In fact, the number has reached 300 childrens.

Fertilisasi In Vitro (IVF)

Indications for IVF include:

Melati Clinic Service Products

Tim Professional Medis

  • dr. Gde Suardana, Sp.OG, F.IND-INF
  • dr. Mohammad Haekal, Sp.OG, Subsp.F.E.R, FICS, FMIGS
  • dr. Aidrus A. Muthalib, Sp.OG
  • dr. Hadi Sjarbaini, Sp.OG, F.IND-INF
  • Dr. dr. Agus Supriyadi, Sp.OG, Subsp.F.E.R, M.Kes, MPH
  • Dr. dr. Sudirmanto, Sp.OG, Subsp.F.E.R

  • Euis Purwatyningsih, S.Kp.
  • Ani Rokhayati, AMK
  • Dewi Agustin, S.Kep., Ners
  • Siswia Yunihastuti, S.Kep., Ners
  • Evi Oktaviani Amesti, S.Kep., Ners

  • Deana Rosaria Indah, SKH., M.biomed
  • Novita Prasetyawati, SSi, M. Si
  • Gangsar pariyanti, SKM

Nama Dokter

Senin

Selasa

Rabu

Kamis

Jumat

Sabtu

Dr.dr.Agus Supriyadi, Sp.O.G, Subsp. F.E.R, M.Kes, MPH

07.30 – 12.30

10.30 – 12.30

10.30 – 11.30

11.30 – 13.30

07.30 – 09.30

07.30 – 09.30

dr. Mohammad Haekal, Sp.O.G, Subsp. F.E.R, FICS, MIGS

07.30 – 10.30

13.30 – 14.30

07.30 – 08.30

09.00 – 09.30

10.00 – 10.30

11.30 – 12.00

12.30 – 15.30

07.30 – 11.30

11.30 – 12.30

dr. Gde Suardana, Sp.O.G, F.IND-IND

09.30 – 10.30

13.30 – 14.30

07.30 – 13.30

11.30 – 12.30

11.30 – 13.30

09.30 – 11.30

09.30 – 10.30

dr. Hadi Sjarbaini, Sp.O.G, F.IND-INF

12.30 – 13.30

07.30 – 08.30

07.30 – 12.30

07.30 – 09.30

11.30 – 12.30

07.30 – 09.30

Dr. dr. Sudirmanto, Sp.O.G, Subsp. F.E.R

10.30 – 11.30

08.30 – 11.00

08.30 – 09.00

10.30 – 11.30

09.30 – 11.30

12.30 – 13.30

10.30 – 11.30

dr. Aidrus A. Muthalib, Sp.OG

11.30 -14.30

12.30 – 14.30

09.30 – 11.30

07.30 – 09.30

Melati Clinic Service Facilities

Ruang laboratorium IVF yang lengkap

Ruang tunggu kubikal yang memberikan privacy

Ruang konsultasi yang nyaman

Working Procedures in IVF

  1. Cairan folikel secara individu diaspirasi dari folikel ovarium berukuran besar dengan diameter >18 mm dari pasien yang telah mendapatkan stimulasi ovarium sebelumnya.
  2. Aspirasi cairan folikel dilakukan oleh dokter obgyn yang bertugas, cairan folikel berisi kompleks kumulus dan oosit (COC) yang diaspirasi dari folikel ovarium dengan menggunakan jarum puncture yang terhubung dengan selang.
  3. Cairan folikel yang berisi COC dikoleksi di dalam tabung ukuran 15 ml, sampel tersebut kemudian dituang ke dalam cawan petri steril dan diperiksa dibawah mikroskop stereozoom, pencarian COC dilakukan oleh embriologis, setiap ditemukan COC embriologis akan melakukan konfirmasi kepada operator (obsgyn) sehingga operator dapat menentukan apakah perlu flushing folikel atau tidak.
  4. Kompleks kumulus dan oosit yang telah ditemukan kemudian dibersihkan dari sel-sel eritrosit ataupun dari sel-sel debris di dalam cairan folikel.
  5. Semua COC yang ditemukan dalam cairan folikel dimasukkan ke dalam drop kultur yang telah diekuilibrasi dalam inkubator 37º C 6 % CO2  dan diinkubasi selama 3-4 jam.

Adalah sebuah metode yang dikembangkan untuk membantu pasangan infertilitas di pihak pria. Metode ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sel sperma tunggal ke dalam satu sel telur yang matang dengan menggunakan bantuan sebuah pipet khusus yang kemudian ditransplantasikan ke dalam rahim. Metode ini meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan pada kasus-kasus adanya ketidaknormalan dalam jumlah dan kualitas sperma.  Adapun prosedur kerja ICSI di dalam laboratorium adalah:

  1. Melakukan setting/pemasangan jarum injeksi dan holding serta penyesuaian monitor dan mikroskop mikroinjektor yang digunakan untuk proses ICSI.
  2. 4-5 jam setelah OPU satu persatu oosit yang telah bersih dari kumulus dilakukan icsi dengan menggunakan drop icsi.  ICSI dilakukan dengan memilih sperma yang paling baik kualitasnya, baik pergerakan ataupun bentuk kepala dari sperma tersebut.
  3. Satu sperma diinjeksikan ke dalam satu oosit.
  4. Oosit yang telah diinjeksikan sperma dipindahkan ke dalam medium kultur yang telah disiapkan di hari sebelumya.
  5. Cawan kultur yang berisi oosit yang telah diinjeksi disimpan dalam inkubator 37oC 6% CO2 selama 16-20 jam sebelum proses evaluasi fertilisasi dilakukan.
  1. Embrio dievaluasi dan dipilih yang terbaik untuk dikembalikkan ke dalam rahim pasien.  Embrio yang terpilih dicuci dengan drop kultur kemudian dipindahkan ke cawan petri berisi media.
  2. Inkubasi selama 10 menit dalam inkubator 37o 6% CO2.
  3. Berikan 5 ml medium Rinse pada petugas klinik untuk membilas servik pasien
  4. Siapkan sebuah spuit non toxic 1 ml dan sebuah kateter yang sudah ditentukan
  5. Pakai sarung tangan pada tindakan transfer embrio
  6. Bilas spuit dengan medium kultur. Kemudian hisap sebanyak 0,5 ml medium kultur, dan sambungkan spuit dengan kateter.
  7. Tempatkan cawan petri yang berisi embrio di bawah mikroskop stereozoom dan buatlah embrio dapat terlihat fokus pada mikroskop
  8. Ambil gelembung udara dalam kateter sekitar 1 cm, hisap embryo dan medium sekitar 25 sampai 30 mikron kemudian ambil udara sekitar 1 cm.
  9. Embrio siap ditransfer pada rahim pasien dan panjangnya kateter  yang dimasukkan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh operator (Obgyn)
  10. Posisikan outer kateter dan mandrin pada ketentuan yang telah ditetapkan oleh operator (obgyn)
  11. Setelah operator menarik mandrin posisikan inner kateter yang telah berisi medium dan embrio ke dalam outer kateter menggantikan posisi mandrin sampai posisi tanda hitam yang terdapat pada inner kateter tersebut.
  12. Operator akan memundurkan outer kateter sepanjang 2,5cm dan dikunci dengan inner kateter.
  13. Injeksikan medium yang berisi embrio perhatikan apakah terjadi resistensi atau tidak
  14. Tunggu 30-60 detik sampai kateter ditarik obgyn
  15. Tuangkan isi kateter ke dalam cawan yang sebelumnya telah disemprotkan ke dalam rahim kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk memeriksa apakah embrio sudah keluar dengan sempurna,.

Assisted hatching (AH) merupakan teknik laboratorium baru yang dikembangkan ketika para ahli IVF mengamati bahwa embrio dengan zona pelusida tipis memiliki tingkat implantasi lebih tinggi dari dari pada embrio dengan zona pelusida tebal. Pada Teknik AH embriologis dapat menggunakan mikroskop mikromanipulasi (manual) ataupun laser untuk membuat lubang kecil di zona pelusida.  Teknik AH dilakukan pada kultur hari ketiga ataupun kelima dari perkembangan embrio.  Adapun prosedur kerja Assisted Hatching di dalam laboratorium adalah sebagai berikut:

  1. Melakukan setting program laser pada mikroskop dan penyesuaian kecepatan tembakan serta lebar lobang di zona yang ingin hasilkan.
  2. Embrio yang ingin dilakukan AH terlebih dahulu dipilih, sebaiknya pilih space/ruang yang longgar pada embrio yang akan ditembak laser ataupun dapat dipilih ruang dalam embrio yang mengandung fragmentasi.
  3. Proses AH dilakukan tidak lebih dari 1 menit, agar tidak terjadi penurunan kualitas embrio akibat perubahan suhu lingkungan yang relatif lama.
  4. Embrio yang telah dilakukan AH kemudian dikembalikan ke dalam inkubator 37oC 6% CO2 dan disiapkan untuk dilakukan transfer embrio.