preloader
FERTILISASI IN VITRO (IVF): APA YANG HARUS ANDA TAHU?

FERTILISASI IN VITRO (IVF): APA YANG HARUS ANDA TAHU?

Apa itu IVF?

Fertilisasi In Vitro (IVF) atau yang dikenal sebagai bayi tabung merupakan salah satu metode untuk mendapatkan kehamilan bagi pasangan yang mengalami gangguan kesuburan/infertilitas. IVF adalah teknik reproduksi berbantu dengan menggabungkan sel sperma dan sel telur di dalam laboratorium. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan infertilitas sebagai kegagalan mendapatkan kehamilan setelah 12 bulan atau lebih melakukan hubungan seksual teratur. Infertilitas dapat disebabkan karena faktor wanita, faktor laki-laki, kombinasi faktor wanita dan laki-laki, serta penyebab yang tidak diketahui (unexplained). Waktu untuk mulai dilakukan evaluasi dan penanganan infertilitas pada pasangan disesuaikan dengan usia pasangan wanita. Adapun rekomendasi American Society for Reproductive Medicine (ASRM) mengenai hal tersebut adalah sebagai berikut:

  1. 12 bulan pada wanita usia kurang dari 35 tahun.
  2. 6 bulan pada wanita usia 35 tahun atau lebih.
  3. Segera dilakukan evaluasi dan penanganan infertilitas pada wanita usia lebih dari 40 tahun.

Apa saja pemeriksaan yang dilakukan sebelum menjalankan program kehamilan?

Evaluasi yang dilakukan meliputi pemeriksaan skrining dasar penyebab infertilitas yang meliputi pemeriksaan ultrasonografi di hari ke-2-3 siklus menstruasi, histerosalpingografi untuk menilai saluran tuba, dan analisis semen untuk evaluasi jumlah, pergerakan, dan morfologi sperma. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan atau prosedur tambahan berupa Anti Mullerian Hormone (AMH), Follicle Stimulating Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH), estradiol, progesterone, prolaktin atau tindakan histeroskopi dan laparoskopi diagnosis.

Siapa saja yang diindikasikan untuk menjalani program IVF?

Fertilisasi In Vitro (IVF) melibatkan persiapan sel telur dan sel sperma di laboratorium dan dilanjutkan dengan penyatuan keduanya secara artifisial untuk meningkatkan fertilitas. Program IVF diindikasikan pada pasangan dengan kondisi sebagai berikut:

  1. Sumbatan kedua saluran tuba yang tidak dapat diperbaiki
  2. Faktor sperma yang tidak dapat diperbaiki dengan pembedahan atau obat-obatan
  3. Tidak hamil setelah dilakukan 3-4x inseminasi intrauterin
  4. Endometriosis derajat sedang-berat
  5. Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya dimana setelah 3 tahun tidak hamil
  6. Gangguan pematangan sel telur (ovulasi) dan penurunan cadangan sel telur
  7. Keguguran berulang idiopatik
  8. Penyakit keturuan yang dapat ditapis dengan Preimplantation Genetic Testing (PGT)

Apa saja prosedur yang dijalani selama program IVF?

Dokter akan melakukan evaluasi penyebab infertilitas dengan melakukan penilaian terhadap hasil pemeriksaan skrining dasar infertilitas yang dilakukan pada pasangan. Apabila pasangan memiliki indikasi untuk dilakukan IVF, maka secara umum pasangan akan menjalani rangkaian prosedur sebagai berikut:

  1. Stimulasi ovarium terkendali dan pemantauan folikel, yaitu pemberian obat-obatan untuk menstimulasi pertumbuhan folikel ovarium multipel disertai dengan pemantauan jumlah dan ukuran folikel dengan USG transvaginal. Stimulasi ovarium ini dimulai pada hari ke-2 dengan menyuntikkan obat stimulasi setiap hari selama 8-14 hari. Jika folikel berkembang, maka sel telur akan berkembang dengan baik pula. Pemantauan folikel dengan USG dimulai pada hari ke-6 dan dilakukan sebanyak 3-4 kali.
    IVF
    Gambar 1. Tampak 3 folikel matur pada hasil USG transvaginal dari ovarium yang distimulasi
    (Sumber: Balen AH. Infertility in Practice 5th ed. Boca Raton: CRC Press; 2023)
  2. Trigger pematangan oosit, yaitu pemberian obat untuk merangsang pematangan oosit. Setelah didapatkan jumlah dan ukuran folikel yang diharapkan, akan dilakukan penyuntikan hCG. Petik oosit dilakukan sebelum terjadinya ovulasi, biasanya 34-36 jam setelah penyuntikkan hCG.
  3. Petik oosit (Ovum Pick Up/OPU) dan pengambilan sampel sperma
    • Tindakan invasif minimal untuk aspirasi folikel ovarium melalui jarum yang dihubungkan dengan mesin penghisap. Tindakan ini dilakukan dengan panduan USG transvaginal. Prosedur ini bisanya dikerjakan dalam waktu kurang dari 30 menit. Setelah Tindakan OPU, beberapa pasien mengalami keluhan kram perut yang akan menghilang dalam 1 hari.
    • Pengambilan sampel sperma dari suami dilakukan pada hari yang sama dengan tindakan OPU. Sperma diperoleh dari cairan ejakulasi dengan cara masturbasi. Alternatif dari masturbasi adalah dengan pengambilan belalu biopsy testis (TESE) atau dari epididymis (MESA).
      IVF
      Gambar 2. Ilustrasi petik oosit
      (Sumber: American Society for Reproductive Medicine. Assissted reproductive technology. ASRM; 2018)
  4. Fertilisasi dan kultur embrio oleh ahli embriologi, yaitu tindakan mempertemukan sperma dengan oosit di laboratorium untuk menghasilkan embrio. Fertilisasi dapat dilakukan dengan metode Intracytoplascmic sperm injection (ICSI), dimana satu sperma disuntikkan ke dalam 1 sel telur.  Terlihatnya 2 pronukleus mengkonfirmasi terjadinya fertilisasi.  Perkembangan embrio akan dipantau setiap hari oleh tim embriologi. Dua hari setelah OPU, sel telur yang terfertilisasi akan berkembang menjadi embrio 2 sel dan 4 sel.
    IVF
    Gambar 3. Intracytoplascmic sperm injection (ICSI)
    (Sumber: American Society for Reproductive Medicine. Assissted reproductive technology. ASRM; 2018)
  5. Transfer embrio, yaitu tindakan memasukkan embrio ke dalam rongga rahim.  Apabila didapatkan lebih dari 1 embrio, maka kelebihan embrio tersebut dapat dilakukan simpan beku/freezing. Simpan beku embrio memungkinkan untuk dilakukan transfer embrio di kemudian hari. Pasien akan diminta untuk melakukan pemeriksaan hormon kehamilan, beta HCG kuantitatif, 14 hari setelah dilakukan transfer embrio.
    IVFIVF
    Gambar 4. Kateter transfer embrio dan prosedur transfer embrio
    (Sumber: Balen AH. Infertility in Practice 5th ed. Boca Raton: CRC Press; 2023)

Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi selama menjalani program IVF?

Pada prosedur IVF ini  terdapat beberapa risiko yang mungkin terjadi pada pasien, seperti perdarahan, dan infeksi. Kejadian tersebut merupakan risiko dari tindakan petik oosit. Selain itu terdapat risiko dari pemberian obat-obat stimulasi ovarium, yaitu sindrom hiperstimulasi ovarium (SHSO). Berdasarkan gejalanya sindrom ini diklasifikasikan menjadi derajat ringan, derajat sedang, derajat berat, dan kritikal. Meskipun SHSO merupakan komplikasi yang jarang terjadi, namun termasuk dalam komplikasi serius yang mungkin memerlukan perawatan di rumah sakit

Source: dr. Syahniar Mukmina, Sp.OGRSAB Harapan Kita

The realization of safe and quality maternal and child health services with superior services of the Birth Defect Integrated Center (BIDIC), Integrated Perinatal and Referral, and Assisted Reproductive Technology through teamwork, networking, and referral systems as well as the implementation of education, training, and research integrated with service activities.