SELAMATKAN JIWANYA - SELAMATKAN OTAKNYA
Tujuan utama penanganan neonatal di RSAB Harapan Kita adalah tidak hanya pada menyelamatkan hidupnya atau mengurangi angka mortalitas, namun bagaimana bayi tersebut dapat hidup dengan kualitas yang baik
Angka kematian pada neonatus yang lahir dan dirawat di NICU RSAB Harapan Kita antara 10-15%. Di negara berkembang angka kematian neonatal berkisar 25%.
Bagaimana kita melakukan evaluasi terhadap kondisi otaknya selama dirawat?
Gambar aEEG
terlalu cepat untuk dilahirkan………
HINDARI MEREKA DARI “INJURIES”
Segera sesaat setelah lahir sampai usia 28 hari atau sampai usia koreksi bayi prematur mencapai 40-42 minggu merupakan momen penting dan sangat bersejarah, bagi bayi dan keluarganya. Akibat prematuritasnya sehingga akibat morbiditas yang dialami, bayi sudah mengalami “psychological injuries” akibat tertundanya pelukan ibu dan keluarganya.
Hingga saat ini, dengan perkembangan teknologi, fokus penanganan bayi prematur adalah bagaimana bayi tersebut tumbuh di lingkungan ekstrauterin, minimal “injuries” dan selamat dari risiko kematiannya.
Keberhasilan penanganan bayi prematur dengan tingkat kualitas hidup yang baik di NICU Harapan Kita adalah : USIA GESTASI 25- 26 MINGGU DENGAN BBL 525 GRAM.
Video Ilustrasi Perawatan Bayi Prematur
Beberapa potensial injuries selama perawatan bayi prematur terkadang tidak mudah untuk dihindari, seperti:
- Oksigen berlebihan
- “Ventilation pressure and tidal volume” yang berlebihan, baik pada masa resusitasi, stabilisasi, perawatan dalam ventilator/HFO ataupun CPAP
- Pemberian surfaktan yang tidak perlu
- Terapi natrium bikarbonas diberikan tanpa mengevaluasi sirkulasi dan perfusi
- Pemberian terapi yang potensial mengganggu kualitas hidup secara langsung (steroid post natal, bolus furosemide intra vena, antibiotika berlebihan, obat anti kejang berlebihan)
- Infeksi yang tidak mendapat penanganan segera
- Hipoksia yang berkepanjangan
- Kondisi metabolik yang berlebihan (alkalosis respiratorik, asidosis respiratorik) dengan pH < 7,2 dengan atau paCo2 > 55 mmHg
BAYI DENGAN KELAINAN BAWAAN
Apa yang bisa dilakukan di Unit Perinatal Terpadu ?
Unit Perinatal Terpadu adalah tonggak kuat untuk terwujudnya keberhasilan penanganan kelainan bawaan.
Mulai dari dilakukan diagnostik oleh tim dr Kebidanan, hingga dilakukan penanganan post operasi.
VIDEO TWIN TO TWIN TRANSFUSION SYNDROME
CEGAH KERUSAKAN OTAK LEBIH LANJUT AKIBAT HIE
Hipoksia Iskemi Ensefalopati adalah suatu komplikasi akibat bayi mengalami asfiksia berat.
Terjadi kondisi hipoksemia dan hipoksia jaringan, terutama di otak sehingga berlanjut dengan asidosis metabolic yang mengakibatkan peninggian laktoasidosis dan radikal bebas , sehingga terjadi penurunan permeabilitas membran otak.
Terjadi masuknya kalsium disertai cairan ke dalam sel otak. Otak mengalami udem, minimalnya energy di sel otak yang terbentuk serta terganggunya kerja mitokondria di otak. Hal ini terjadi pada fase kegagalan primer ( sekitar < 4 jam pertama). Pada kondisi selanjutnya akibat proses reperfusi terjadi proses kegagalan energy fase sekunder, dan bila dalam kondisi ini tidak ditangani dengan seksama justru akan memperberat kerusakan otak yang terjadi
TERAPI HIPOTERMI dilakukan dalam kaitannya untuk menurunkan laju metabolism sehingga proses kegagalan energy sekunder dapat diturunkan. Terapi hipotermi sebaiknya dikerjakan pada fase usia < 6 jam, dimana proses kegagalan energy fase sekunder belum terjadi
Penting adanya kolaborasi dengan layanan tingkat pertama, mengingat angka persalinan bayi baru lahir di Indonesia sekitar 75% oleh bidan. Diharapkan pada bayi dengan asfiksia berat dapat segera dirujuk oleh bidan / puskesmas / RSUD yang belum mampu melakukan terapi ini untuk menyelamatkan otak dan masa depan bayi dengan HIE tersebut. Hal ini hanya bisa dilakukan bila regionalisasi dan rujukan sudah berjalan dengan baik